I was once afraid of people saying "who does she think she is?"
Now I have the courage to stand and say "This is who I am".
Rabu, 23 Februari 2011
Quote of The Day
Diposting oleh
Chandra Wulan
di
Rabu, Februari 23, 2011
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
quote of the day
Senin, 21 Februari 2011
Save Energy :)
Tahukah kamu? AC dengan daya 600 watt yang menyala selama 1 jam setiap harinya, menghasilkan emisi karbon dioksida sebesar 160 kg per tahun ! Makanya, nyalakan AC kalau cuaca lagi panas aja, ya. Malam - malam juga jangan menyalakannya, apalagi waktu tidur. Kalau udah nyenyak, ngga berasa kan dinginnya?
Kita bisa kok, menghemat energi mulai dari kebiasaan di rumah. Ayo mulai !
Yuk, mulai kebiasaan baik hemat energi ! :)
Kita bisa kok, menghemat energi mulai dari kebiasaan di rumah. Ayo mulai !
- Pilih lampu CFL (Compact Fluorescent Lamp) yang menggunakan listrik lebih hemat daripada lampu bohlam biasa. Daya pakainya juga 10 kali lebih lama, lho. Yuk ganti bohlam dengan lampu CFL.
- Cabut charger dari stop kontak begitu selesai men-charge handphone. Karena saat sedang men-charge, hanya 5% energi listrik yang masuk ke baterai dan sisanya sebesar 95% terbuang sia - sia. Sayang banget, kan?
- Jangan membiarkan peralatan elektronik dalam posisi stand by. Karena ternyata alat elektronik yang masih dalam keadaan stand by tetap mengalirkan listrik.
Yuk, mulai kebiasaan baik hemat energi ! :)
Diposting oleh
Chandra Wulan
di
Senin, Februari 21, 2011
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
global warming
Selasa, 15 Februari 2011
Pemanasan Global : Bukan Cegah, Tapi Atasi
Panas. Itulah yang sering kita keluhkan selama beberapa waktu terakhir. Cuaca sering berubah drastis. Musim kemarau dan musim hujan juga terkadang seperti tidak tepat waktu kedatangannya. Seperti bulan Januari yang lalu, misalnya, biasanya hujan turun sebulan penuh sepanjang hari. Tetapi faktanya hal tersebut tidak terjadi bulan Januari yang lalu. Cuaca tetap panas layaknya musim kemarau dan hujan hanya turun beberapa hari –tidak berurutan.
Tentu saja semua orang tahu kalau hal – hal tersebut di atas terjadi karena sesuatu hal yang kita sebut pemanasan global. Pemanasan global adalah suatu keadaan di mana suhu atmosfer Bumi meningkat sehingga secara otomatis suhu perairan dan daratan Bumi juga meningkat.
Dampaknya bagi kehidupan manusia? Banyaaaak. Dampak dari pemanasan global ini kebanyakan bersifat negatif bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Suhu udara naik
Hal ini sangat terasa untuk kita, warga Indonesia –yang terletak di daerah khatulistiwa yang disinari matahari sepanjang tahun. Manusia yang tinggal di daerah khatulistiwa bisa jadi merupakan orang – orang yang terkena dampak pemanasan global yang terbesar. Suhu udara yang semakin hari semakin panas membuat kita malas beraktivitas. Mau keluar, panas. Berangkat sekolah, panas. Pulang sekolah, panas. Mau belanja, panas. Akhirnya malas melakukan apa saja. Produktivitas berkurang.
2. Perubahan cuaca, musim dan iklim
Matahari bersinar terang benderang. Berangkat deh, belajar kelompok ke rumah teman. Eh, tahu – tahu, baru 500 meter dari rumah, hujan turun dengan derasnya. Keki, kan?
Biasanya hujan deras mulai turun pada bulan November – Februari. Tapi ini sudah bulan Januari dan musim pun sepertinya masih sama dengan bulan Juni. Udara masih berdebu dan panas. Apakah musim bergeser?
3. Penyakit merajalela
Perubahan suhu yang cukup ekstrem (panas banget dan tiba – tiba hujan , jadi dingin) menjadi media yang baik untuk bakteri dan virus untuk berkembang biak. Perubahan suhu secara ekstrem ini meningkatkan kelembaban lingkungan. Padahal, tempat yang biasanya cocok untuk perkembangbiakan virus dan bakteri. Akibatnya, penyakit pancaroba seperti flu, batuk, sesak napas dan sebagainya menjangkiti banyak orang sepanjang waktu. Orang yang sedang sakit akan merasa tidak nyaman untuk mengerjakan sesuatu seperti biasanya. Produktivitas berkurang, lagi.
Tiga hal yang saya sebut di atas baru sebagian kecil dari seluruh dampak global warming. Masih banyak sekali dampak lain yang kalau dituliskan satu per satu, mungkin akan menghasilkan sebuah buku.
Mengapa kita selalu mengeluhkan cuaca panas, hujan tiba – tiba, banjir, dan banyak hal lainnya? Padahal itu semua terjadi karena perbuatan kita, kebiasaan buruk kita. Buang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa ijin resmi, dan banyak lagi.
Apa boleh buat, teman. Pemanasan global sudah terlanjur terjadi. Mencegahnya sudah pasti sia – sia, terlambat. Bukan lagi saatnya untuk mencegah, yang harus kita lakukan adalah MENGATASInya. Bagaimana caranya?
Hemat air, hemat energi, go green. Realisasinya? Sederhana saja. Tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Hemat air. Mulai sekarang, matikanlah bak mandi jika sudah terisi penuh. Mandilah dengan air bersih secukupnya saja. Kalau badan sudah terasa bersih dan segar, cukup. Jangan membuang – buang air.
Hemat energi. Cabut charger handphone segera setelah baterai handphone penuh, matikan screen saver komputer, naik kendaraan umum, mengoptimalkan sinar matahari dan udara yang masuk ke ruangan dengan membuka jendela dan ventilasi sehingga tidak perlu menyalakan lampu dan kipas angin atau air conditioner pada siang hari, dan mengganti lampu bohlam dengan lampu neon yang lebih hemat energi.
Go green. Tanamlah satu bibit pohon yang bisa tumbuh besar dan rawatlah pohon tersebut sebaik – baiknya. Siramilah setiap pagi dan sore. Cobalah untuk mengikuti program – program reboisasi dari pemerintah atau kelompok pelajar. Sambil menghijaukan Bumi, menambah teman baru pula. Menyenangkan, bukan?
Tentu saja semua orang tahu kalau hal – hal tersebut di atas terjadi karena sesuatu hal yang kita sebut pemanasan global. Pemanasan global adalah suatu keadaan di mana suhu atmosfer Bumi meningkat sehingga secara otomatis suhu perairan dan daratan Bumi juga meningkat.
Dampaknya bagi kehidupan manusia? Banyaaaak. Dampak dari pemanasan global ini kebanyakan bersifat negatif bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Suhu udara naik
Hal ini sangat terasa untuk kita, warga Indonesia –yang terletak di daerah khatulistiwa yang disinari matahari sepanjang tahun. Manusia yang tinggal di daerah khatulistiwa bisa jadi merupakan orang – orang yang terkena dampak pemanasan global yang terbesar. Suhu udara yang semakin hari semakin panas membuat kita malas beraktivitas. Mau keluar, panas. Berangkat sekolah, panas. Pulang sekolah, panas. Mau belanja, panas. Akhirnya malas melakukan apa saja. Produktivitas berkurang.
2. Perubahan cuaca, musim dan iklim
Matahari bersinar terang benderang. Berangkat deh, belajar kelompok ke rumah teman. Eh, tahu – tahu, baru 500 meter dari rumah, hujan turun dengan derasnya. Keki, kan?
Biasanya hujan deras mulai turun pada bulan November – Februari. Tapi ini sudah bulan Januari dan musim pun sepertinya masih sama dengan bulan Juni. Udara masih berdebu dan panas. Apakah musim bergeser?
3. Penyakit merajalela
Perubahan suhu yang cukup ekstrem (panas banget dan tiba – tiba hujan , jadi dingin) menjadi media yang baik untuk bakteri dan virus untuk berkembang biak. Perubahan suhu secara ekstrem ini meningkatkan kelembaban lingkungan. Padahal, tempat yang biasanya cocok untuk perkembangbiakan virus dan bakteri. Akibatnya, penyakit pancaroba seperti flu, batuk, sesak napas dan sebagainya menjangkiti banyak orang sepanjang waktu. Orang yang sedang sakit akan merasa tidak nyaman untuk mengerjakan sesuatu seperti biasanya. Produktivitas berkurang, lagi.
Tiga hal yang saya sebut di atas baru sebagian kecil dari seluruh dampak global warming. Masih banyak sekali dampak lain yang kalau dituliskan satu per satu, mungkin akan menghasilkan sebuah buku.
Mengapa kita selalu mengeluhkan cuaca panas, hujan tiba – tiba, banjir, dan banyak hal lainnya? Padahal itu semua terjadi karena perbuatan kita, kebiasaan buruk kita. Buang sampah sembarangan, menebang pohon tanpa ijin resmi, dan banyak lagi.
Apa boleh buat, teman. Pemanasan global sudah terlanjur terjadi. Mencegahnya sudah pasti sia – sia, terlambat. Bukan lagi saatnya untuk mencegah, yang harus kita lakukan adalah MENGATASInya. Bagaimana caranya?
Hemat air, hemat energi, go green. Realisasinya? Sederhana saja. Tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
Hemat air. Mulai sekarang, matikanlah bak mandi jika sudah terisi penuh. Mandilah dengan air bersih secukupnya saja. Kalau badan sudah terasa bersih dan segar, cukup. Jangan membuang – buang air.
Hemat energi. Cabut charger handphone segera setelah baterai handphone penuh, matikan screen saver komputer, naik kendaraan umum, mengoptimalkan sinar matahari dan udara yang masuk ke ruangan dengan membuka jendela dan ventilasi sehingga tidak perlu menyalakan lampu dan kipas angin atau air conditioner pada siang hari, dan mengganti lampu bohlam dengan lampu neon yang lebih hemat energi.
Go green. Tanamlah satu bibit pohon yang bisa tumbuh besar dan rawatlah pohon tersebut sebaik – baiknya. Siramilah setiap pagi dan sore. Cobalah untuk mengikuti program – program reboisasi dari pemerintah atau kelompok pelajar. Sambil menghijaukan Bumi, menambah teman baru pula. Menyenangkan, bukan?
ENYAHKAN GLOBAL WARMING SELAMANYA !
Diposting oleh
Chandra Wulan
di
Selasa, Februari 15, 2011
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
beatblog writing contest,
global warming,
lomba
Jumat, 11 Februari 2011
4 Langkah Sederhana Selamatkan Air
Artikel ini saya tulis untuk diikutkan ke Beatblog Writing Contest. Jelas saya berharap menang, namanya juga mengikuti kompetisi. Kalaupun kalah, tidak masalah. Hitung – hitung mengasah kemampuan dan menambah pengalaman.
Air tersusun dari unsur hidrogen (H) yang mudah meledak dan unsur oksigen (O) yang mudah terbakar. Anehnya, gabungan dari kedua unsur tersebut malah sangat bermanfaat bagi kehidupan semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari – hari, kita menggunakan air untuk minum, mandi, mencuci, kakus, hingga rekreasi. Air sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup kita. Tapi jangan salah, teman. Air juga bisa berbalik menjadi bencana seperti banjir jika kita tidak menjaganya dengan baik.
Berharap bisa menciptakan air di masa depan tampaknya sama saja dengan mencoba menciptakan oksigen. Secanggih apapun teknologi yang manusia ciptakan, manusia tidak akan pernah mampu menciptakan unsur – unsur alami seperti hidrogen dan oksigen lalu mencampurkan keduanya dengan perbandingan komposisi tertentu untuk membuat air.
Tuhan, dengan segala kemampuan-Nya toh sudah menciptakan alam raya termasuk Bumi dan seisinya lengkap dengan air dan oksigen. Kita sebagai makhluk-Nya diberi tugas untuk menjaganya demi kelangsungan hidup kita. Patutkah kita mengabaikan tugas itu lalu dengan sengaja merusak sumber air dengan tangan kita? Pikirkan lagi.
Sayangnya kita yang hidup di era modern dan serba instan di mana teknologi semakin mudah dan murah, justru menganggap remeh hal – hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Lihat saja, sungai – sungai semakin penuh dan mampet karena sampah yang menumpuk. Sumur – sumur yang sumbernya dari air tanah banyak yang mengering. Kalaupun masih mengeluarkan air, tidak jarang air tersebut berbau tidak sedap, keruh, bahkan tidak terasa tawar. Pohon – pohon besar, yang akarnya bisa menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah, banyak ditebang untuk keperluan bahan bangunan dan kertas. Belum lagi limbah industri yang langsung dibuang ke sungai atau laut tanpa diolah terlebih dahulu.
Di banyak negara berkembang (salah satunya Indonesia), kebanyakan masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai tidak memiliki fasilitas pembuangan yang baik, sehingga mereka mau tidak mau harus buang kotoran di sungai. Kita tahu bahwa feces pasti membawa bakteri yang disebut Escherichia coli atau E.coli yang apabila terkonsumsi dalam jumlah di atas normal dapat menyebabkan diare. Hasil penelitian oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta pada 2006, 13 sungai yang mengalir melewati ibukota sudah tercemar bakteri Escherchia coli (E.coli). Kadar E.coli dalam air Sungai Ciliwung bahkan mencapai 1,6 – 3 juta individu per 100cc. Jumlah ini jauh melebihi kadar normal yaitu 2000 individu per 100cc. Selain itu, sekitar 30% sungai di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi juga telah tercemar E.coli melebihi batas normal. Itulah mengapa angka kematian bayi dan anak – anak di Indonesia akibat diare sangat tinggi.
Polutan air lainnya yang akan saya bahas di sini secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu limbah rumah tangga dan limbah industri. Limbah rumah tangga yang sulit diuraikan dan sering dibuang ke sungai dan sumber air lainnya adalah sampah plastik dan detergen. Keduanya mencemari air selama beratus – ratus bahkan beribu – ribu tahun hingga terurai atau diambil dari sumber air tercemar tersebut. Air yang tercemar sudah pasti membahayakan kehidupan makhluk air di sekitarnya. Beragam spesies di banyak sungai populasinya menurun secara signifikan. Beberapa di antaranya dilaporkan terancam punah. Mereka menanggung akibat dari perbuatan manusia. Tidakkah seharusnya kita melindungi mereka?
Polutan berikutnya adalah limbah industri. Industri apapun, baik itu industri kecil atau besar, sering kali membuang limbah yang belum diolah ke sungai atau laut. Banyak di antara limbah tersebut adalah logam berat. Bukan hanya membahayakan kehidupan air, logam berat juga secara otomatis mengurangi jumlah air layak konsumsi. Padahal kebutuhan air manusia setiap hari terus bertambah, sementara jumlah air layak konsumsi terus berkurang. Siapa yang harus disalahkan? Alam? Tuhan? Bukan keduanya. Itu semua adalah kesalahan kita. Renungkanlah.
Jumlah air di dunia tidak berkurang juga tidak bertambah. Tetapi air yang layak konsumsi bisa saja berkurang. Mengapa? Karena semakin banyak sungai dan sumber air lainnya, tercemar. Karena pohon – pohon yang membantu menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah terus ditebangi tanpa upaya reboisasi yang seimbang. Karena setiap hari manusia semakin rakus, mengeksploitasi sumber daya alam tanpa usaha memperbaruinya.
Apa yang harus kita lakukan? Diam saja dan menunggu sampai Bumi ini hancur? Salah besar. Semua ini harus diatasi. Saatnya kita sebagai generasi muda bertindak.
Kita harus membenahi segala sesuatu dari diri kita sendiri. Pertama, jangan membuang sampah di sumber air maupun di jalan atau di manapun selain tempat sampah. Sampah yang kita buang di jalan pun pada akhirnya bisa saja masuk ke saluran air karena tertiup angin. Kedua, cobalah untuk menghemat air. Matikanlah keran air jika bak mandi sudah terisi penuh. Ingatlah bahwa di luar sana masih banyak saudara kita yang harus berjalan sejauh 2-5km hanya untuk mendapatkan seember air bersih. Ketiga, tanamlah sebuah pohon yang apabila sudah tumbuh besar, akarnya bisa menyerap air dan menyimpannya dalam tanah. Rawatlah pohon tersebut sebaik – baiknya. Keempat, ingatkanlah orang tuamu untuk memanggil jasa sedot WC secara rutin. Pengelolaan septic tank yang tidak baik juga bisa mencemari air tanah secara langsung.
Air tersusun dari unsur hidrogen (H) yang mudah meledak dan unsur oksigen (O) yang mudah terbakar. Anehnya, gabungan dari kedua unsur tersebut malah sangat bermanfaat bagi kehidupan semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari – hari, kita menggunakan air untuk minum, mandi, mencuci, kakus, hingga rekreasi. Air sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup kita. Tapi jangan salah, teman. Air juga bisa berbalik menjadi bencana seperti banjir jika kita tidak menjaganya dengan baik.
Berharap bisa menciptakan air di masa depan tampaknya sama saja dengan mencoba menciptakan oksigen. Secanggih apapun teknologi yang manusia ciptakan, manusia tidak akan pernah mampu menciptakan unsur – unsur alami seperti hidrogen dan oksigen lalu mencampurkan keduanya dengan perbandingan komposisi tertentu untuk membuat air.
Tuhan, dengan segala kemampuan-Nya toh sudah menciptakan alam raya termasuk Bumi dan seisinya lengkap dengan air dan oksigen. Kita sebagai makhluk-Nya diberi tugas untuk menjaganya demi kelangsungan hidup kita. Patutkah kita mengabaikan tugas itu lalu dengan sengaja merusak sumber air dengan tangan kita? Pikirkan lagi.
Sayangnya kita yang hidup di era modern dan serba instan di mana teknologi semakin mudah dan murah, justru menganggap remeh hal – hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Lihat saja, sungai – sungai semakin penuh dan mampet karena sampah yang menumpuk. Sumur – sumur yang sumbernya dari air tanah banyak yang mengering. Kalaupun masih mengeluarkan air, tidak jarang air tersebut berbau tidak sedap, keruh, bahkan tidak terasa tawar. Pohon – pohon besar, yang akarnya bisa menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah, banyak ditebang untuk keperluan bahan bangunan dan kertas. Belum lagi limbah industri yang langsung dibuang ke sungai atau laut tanpa diolah terlebih dahulu.
Di banyak negara berkembang (salah satunya Indonesia), kebanyakan masyarakat miskin yang tinggal di bantaran sungai tidak memiliki fasilitas pembuangan yang baik, sehingga mereka mau tidak mau harus buang kotoran di sungai. Kita tahu bahwa feces pasti membawa bakteri yang disebut Escherichia coli atau E.coli yang apabila terkonsumsi dalam jumlah di atas normal dapat menyebabkan diare. Hasil penelitian oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta pada 2006, 13 sungai yang mengalir melewati ibukota sudah tercemar bakteri Escherchia coli (E.coli). Kadar E.coli dalam air Sungai Ciliwung bahkan mencapai 1,6 – 3 juta individu per 100cc. Jumlah ini jauh melebihi kadar normal yaitu 2000 individu per 100cc. Selain itu, sekitar 30% sungai di Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi juga telah tercemar E.coli melebihi batas normal. Itulah mengapa angka kematian bayi dan anak – anak di Indonesia akibat diare sangat tinggi.
Polutan air lainnya yang akan saya bahas di sini secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu limbah rumah tangga dan limbah industri. Limbah rumah tangga yang sulit diuraikan dan sering dibuang ke sungai dan sumber air lainnya adalah sampah plastik dan detergen. Keduanya mencemari air selama beratus – ratus bahkan beribu – ribu tahun hingga terurai atau diambil dari sumber air tercemar tersebut. Air yang tercemar sudah pasti membahayakan kehidupan makhluk air di sekitarnya. Beragam spesies di banyak sungai populasinya menurun secara signifikan. Beberapa di antaranya dilaporkan terancam punah. Mereka menanggung akibat dari perbuatan manusia. Tidakkah seharusnya kita melindungi mereka?
Polutan berikutnya adalah limbah industri. Industri apapun, baik itu industri kecil atau besar, sering kali membuang limbah yang belum diolah ke sungai atau laut. Banyak di antara limbah tersebut adalah logam berat. Bukan hanya membahayakan kehidupan air, logam berat juga secara otomatis mengurangi jumlah air layak konsumsi. Padahal kebutuhan air manusia setiap hari terus bertambah, sementara jumlah air layak konsumsi terus berkurang. Siapa yang harus disalahkan? Alam? Tuhan? Bukan keduanya. Itu semua adalah kesalahan kita. Renungkanlah.
Jumlah air di dunia tidak berkurang juga tidak bertambah. Tetapi air yang layak konsumsi bisa saja berkurang. Mengapa? Karena semakin banyak sungai dan sumber air lainnya, tercemar. Karena pohon – pohon yang membantu menyerap air dan menyimpannya di dalam tanah terus ditebangi tanpa upaya reboisasi yang seimbang. Karena setiap hari manusia semakin rakus, mengeksploitasi sumber daya alam tanpa usaha memperbaruinya.
Apa yang harus kita lakukan? Diam saja dan menunggu sampai Bumi ini hancur? Salah besar. Semua ini harus diatasi. Saatnya kita sebagai generasi muda bertindak.
Kita harus membenahi segala sesuatu dari diri kita sendiri. Pertama, jangan membuang sampah di sumber air maupun di jalan atau di manapun selain tempat sampah. Sampah yang kita buang di jalan pun pada akhirnya bisa saja masuk ke saluran air karena tertiup angin. Kedua, cobalah untuk menghemat air. Matikanlah keran air jika bak mandi sudah terisi penuh. Ingatlah bahwa di luar sana masih banyak saudara kita yang harus berjalan sejauh 2-5km hanya untuk mendapatkan seember air bersih. Ketiga, tanamlah sebuah pohon yang apabila sudah tumbuh besar, akarnya bisa menyerap air dan menyimpannya dalam tanah. Rawatlah pohon tersebut sebaik – baiknya. Keempat, ingatkanlah orang tuamu untuk memanggil jasa sedot WC secara rutin. Pengelolaan septic tank yang tidak baik juga bisa mencemari air tanah secara langsung.
Jangan tunggu sampai besok ! Harimu adalah hari ini. Mumpung belum terlambat, teman. Mari bersama – sama melangkah menyelamatkan air untuk masa depan, untuk kehidupan anak cucu kita. Nasib air di tangan kita !
AYO MULAI !
Diposting oleh
Chandra Wulan
di
Jumat, Februari 11, 2011
2
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
air.,
global warming,
lomba
Masa Depan Air di Tangan Kita
Siapa yang bisa hidup tanpa air? Pasti jawabannya “tidak ada” kan? Kecuali kita diberi mukjizat luar biasa. Secara normal, tidak ada makhluk Bumi terutama manusia yang bisa hidup tanpa air. Mengapa? Karena 90% tubuh kita terdiri dari air. Sel – sel tubuh kita mengandung 85% - 95% air. Kalau sampai kekurangan air, sel – sel tersebut secara otomatis akan mengkerut, lemas, kehilangan daya dan akhirnya apoptosis (mekanisme kematian sel oleh dirinya sendiri). Kalau sel – sel itu mati, sesuai urutannya –jaringan, organ, sistem organ dan akhirnya seluruh tubuh organisme juga pasti akan mati.
Memang apa, sih, fungsi air untuk tubuh dan keseharian kita, sampai – sampai kita akan mati kalau tidak ada air? Well, air itu banyaaaak banget gunanya. Lihat saja deh, sehari – hari, kita pakai air untuk apa aja, guys? Mandi, mencuci, mengepel, rekreasi, dan yang paling penting untuk manusia adalah MINUM.
Siapa yang sanggup tidak minum selama 24 jam dan tidak merasa lemas? Puasa yang hanya sebentar saja sudah membuat tubuh mengalami dehidrasi. Itulah, salah satu alasan mengapa kita harus melestarikan dan menjaga air untuk kehidupan anak cucu kita kelak di masa depan. Siapa yang bisa menjamin, tahun 2070 nanti jumlah air masih sebanyak sekarang dan masih layak dikonsumsi –kalau kita tidak melakukan apapun mulai dari sekarang, untuk menjaga keberadaannya? Mungkin jumlah air secara keseluruhan tidak akan berkurang, bisa jadi malah bertambah karena es di kutub mencair, tapi bagaimana dengan air layak minum? Yuk kita cari tahu
Kalian tahu, tidak? Dari seluruh jumlah air yang ada di Bumi, hanya sekitar 1% yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari – hari. Air yang 1% itu tersimpan di sungai, danau, air bawah tanah, dan dalam bentuk es di kutub. Parahnya, sekarang ini sudah banyak sekali sumber air, baik itu sungai, danau maupun air tanah, tercemar. Polutannya beragam, tapi yang sering adalah limbah rumah tangga, misalnya sampah plastik, feces, dan detergen. Ditambah lagi dengan ulah orang – orang yang hanya memikirkan keuntungan pribadi, seperti membuang limbah pabriknya di sungai, laut, di dalam tanah namun tidak mengolahnya terlebih dahulu sehingga limbah tersebut mencemari lingkungan.
Bukan hanya mencemari air, sampah plastik juga bikin mampet saluran air dan akhirnya menyebabkan banjir. Feces alias poop yang dibuang di sungai juga menjadi agen penyebaran bakteri E. coli (Escherichia coli). Di sebagian besar sungai di Indonesia, kadar E. coli sudah melebihi batas normal. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh para ahli, bakteri E. coli tidak hanya mencemari sungai, tapi juga sumur – sumur. Bahkan air ledeng yang selama ini kita anggap bebas bakteri juga sudah tercemar E. coli. Kita semua tahu kalau bakteri Escherichia coli adalah bakteri yang menyebabkan diare, salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka kematian pada bayi dan anak – anak khususnya di Indonesia dan negara – negara berkembang.
Limbah detergen yang sulit diuraikan membahayakan kehidupan air di sekitarnya. Kasihan kan, ikan – ikan dan tumbuhan air? Padahal mereka tidak bersalah. Tapi mereka malah menanggung hasil perbuatan kita manusia.
Pohon yang menyerap air hujan dan menyimpan air di akarnya di bawah tanah juga sekarang semakin berkurang karena maraknya illegal logging. Orang yang menebang pohon secara besar – besaran dan tanpa ijin hanya memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Mereka tidak memikirkan dampak perbuatan mereka bagi lingkungan dan warga yang tinggal di sekitar hutan yang mereka tebang. Berkurangnya luas hutan di Indonesia sering kali menjadi penyebab timbulnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada saat seperti itulah air yang sangat berguna untuk kita berbalik menjadi bencana. Kembali ke diri kita.
Semakin banyak sungai tercemar, semakin banyak pohon ditebang, semakin sulit pula mendapatkan air layak konsumsi. Padahal Tuhan sudah luar biasa baik, menciptakan Bumi lengkap dengan air dan oksigennya. Dia tidak menyuruh kita menciptakan air. Tugas kita hanya menjaganya. Sangat memalukan, bukan, kalau kita tidak mampu melaksanakan tugas tersebut?
Ayo sadar wahai generasi muda calon pemimpin di masa depan ! Nasib Bumi di tangan kita. Tidak perlu susah – susah menghentikan praktek illegal logging atau mendatangkan alat berat untuk mengambil sampah di sungai kok. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah tidak membuang sampah di sungai dan sumber air bersih lainnya. Aksi ini sangat membantu mengurangi pencemaran air. Kedua, hemat air. Bukan berarti kita tidak boleh minum 8 gelas air per hari, tetapi matikan keran bak mandi jika sudah terisi penuh. Jangan sampai meluap. Ketiga, tidak ikut menebangi pohon atau mendukung aksi semacam itu. Minimal, tanamlah satu pohon yang kelak bisa tumbuh besar dan akarnya mampu menyerap air hujan sehingga air itu tersimpan dalam tanah. Jangan hanya menanam, tapi rawatlah pohon itu seperti kita merawat hewan kesayangan kamu. Kelak kita akan menuai hasilnya. Percayalah !
Karena perubahan besar diawali dengan langkah kecil. Karena jarak seribu mil bisa ditempuh dengan diawali oleh langkah pertama. Berhenti bicara. Mulai lakukan sesuatu yang berguna. Karena kita bisa melakukannya. Mumpung belum terlambat. Suatu saat kita akan bilang “Syukurlah dulu kita melakukan ini. Kalau tidak, kita pasti sangat menyesal sekarang.”
Memang apa, sih, fungsi air untuk tubuh dan keseharian kita, sampai – sampai kita akan mati kalau tidak ada air? Well, air itu banyaaaak banget gunanya. Lihat saja deh, sehari – hari, kita pakai air untuk apa aja, guys? Mandi, mencuci, mengepel, rekreasi, dan yang paling penting untuk manusia adalah MINUM.
Siapa yang sanggup tidak minum selama 24 jam dan tidak merasa lemas? Puasa yang hanya sebentar saja sudah membuat tubuh mengalami dehidrasi. Itulah, salah satu alasan mengapa kita harus melestarikan dan menjaga air untuk kehidupan anak cucu kita kelak di masa depan. Siapa yang bisa menjamin, tahun 2070 nanti jumlah air masih sebanyak sekarang dan masih layak dikonsumsi –kalau kita tidak melakukan apapun mulai dari sekarang, untuk menjaga keberadaannya? Mungkin jumlah air secara keseluruhan tidak akan berkurang, bisa jadi malah bertambah karena es di kutub mencair, tapi bagaimana dengan air layak minum? Yuk kita cari tahu
Kalian tahu, tidak? Dari seluruh jumlah air yang ada di Bumi, hanya sekitar 1% yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari – hari. Air yang 1% itu tersimpan di sungai, danau, air bawah tanah, dan dalam bentuk es di kutub. Parahnya, sekarang ini sudah banyak sekali sumber air, baik itu sungai, danau maupun air tanah, tercemar. Polutannya beragam, tapi yang sering adalah limbah rumah tangga, misalnya sampah plastik, feces, dan detergen. Ditambah lagi dengan ulah orang – orang yang hanya memikirkan keuntungan pribadi, seperti membuang limbah pabriknya di sungai, laut, di dalam tanah namun tidak mengolahnya terlebih dahulu sehingga limbah tersebut mencemari lingkungan.
Bukan hanya mencemari air, sampah plastik juga bikin mampet saluran air dan akhirnya menyebabkan banjir. Feces alias poop yang dibuang di sungai juga menjadi agen penyebaran bakteri E. coli (Escherichia coli). Di sebagian besar sungai di Indonesia, kadar E. coli sudah melebihi batas normal. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh para ahli, bakteri E. coli tidak hanya mencemari sungai, tapi juga sumur – sumur. Bahkan air ledeng yang selama ini kita anggap bebas bakteri juga sudah tercemar E. coli. Kita semua tahu kalau bakteri Escherichia coli adalah bakteri yang menyebabkan diare, salah satu penyakit yang menyebabkan tingginya angka kematian pada bayi dan anak – anak khususnya di Indonesia dan negara – negara berkembang.
Limbah detergen yang sulit diuraikan membahayakan kehidupan air di sekitarnya. Kasihan kan, ikan – ikan dan tumbuhan air? Padahal mereka tidak bersalah. Tapi mereka malah menanggung hasil perbuatan kita manusia.
Pohon yang menyerap air hujan dan menyimpan air di akarnya di bawah tanah juga sekarang semakin berkurang karena maraknya illegal logging. Orang yang menebang pohon secara besar – besaran dan tanpa ijin hanya memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Mereka tidak memikirkan dampak perbuatan mereka bagi lingkungan dan warga yang tinggal di sekitar hutan yang mereka tebang. Berkurangnya luas hutan di Indonesia sering kali menjadi penyebab timbulnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada saat seperti itulah air yang sangat berguna untuk kita berbalik menjadi bencana. Kembali ke diri kita.
Semakin banyak sungai tercemar, semakin banyak pohon ditebang, semakin sulit pula mendapatkan air layak konsumsi. Padahal Tuhan sudah luar biasa baik, menciptakan Bumi lengkap dengan air dan oksigennya. Dia tidak menyuruh kita menciptakan air. Tugas kita hanya menjaganya. Sangat memalukan, bukan, kalau kita tidak mampu melaksanakan tugas tersebut?
Ayo sadar wahai generasi muda calon pemimpin di masa depan ! Nasib Bumi di tangan kita. Tidak perlu susah – susah menghentikan praktek illegal logging atau mendatangkan alat berat untuk mengambil sampah di sungai kok. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah tidak membuang sampah di sungai dan sumber air bersih lainnya. Aksi ini sangat membantu mengurangi pencemaran air. Kedua, hemat air. Bukan berarti kita tidak boleh minum 8 gelas air per hari, tetapi matikan keran bak mandi jika sudah terisi penuh. Jangan sampai meluap. Ketiga, tidak ikut menebangi pohon atau mendukung aksi semacam itu. Minimal, tanamlah satu pohon yang kelak bisa tumbuh besar dan akarnya mampu menyerap air hujan sehingga air itu tersimpan dalam tanah. Jangan hanya menanam, tapi rawatlah pohon itu seperti kita merawat hewan kesayangan kamu. Kelak kita akan menuai hasilnya. Percayalah !
Karena perubahan besar diawali dengan langkah kecil. Karena jarak seribu mil bisa ditempuh dengan diawali oleh langkah pertama. Berhenti bicara. Mulai lakukan sesuatu yang berguna. Karena kita bisa melakukannya. Mumpung belum terlambat. Suatu saat kita akan bilang “Syukurlah dulu kita melakukan ini. Kalau tidak, kita pasti sangat menyesal sekarang.”
AYO AMBIL LANGKAH PERTAMAMU
DAN
SELAMATKAN AIR UNTUK MASA DEPAN !
Diposting oleh
Chandra Wulan
di
Jumat, Februari 11, 2011
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook

Label:
advice,
global warming,
lomba